Cerita Fiksi : Laporan Perjalanan Dinas (Bag 3)

Februari 25, 2020




Laporan Perjalanan Dinas


3. Jadi Pembaca Doa

Masih dalam suasana Diklat Prajabatan, pekan terakhir Bulan Agustus tahun itu saya habiskan dengan bolak-balik Depok - Cikini sebagaimana rutinitas Rombongan Kereta Se Jabodetabek, atau yang lebih gahar dikenal sebagai ROKEEER. Di kantor saya tidak hanya berkutat dengan nilai-nilai ANEKA yang harus saya amalkan, kemudian didokumentasikan, kemudian lagi dilaporkan tertulis, saya juga menjalankan semua arahan dan perintah dari bos di kantor. Arahan, kalau di dunia perdinasan juga disebut Disposisi, yang diberikan kepada saya juga beragam, mulai dari membuat laporan, menyusun konsep surat, menyusun briefing sheet, atau disuruh mendampingi bos rapat keluar. Bahkan juga disuruh untuk menyusun Kerangka Acuan Kerja dan Rencana Anggaran Biaya (KAK-RAB) untuk kegiatan unit tahun depan. 


Salah satu arahan yang saya terima waktu itu adalah ikut membantu persiapan dan pelaksanaan sebuah Focus Group Discussion yang akan diadakan minggu depan di Planet Tetangga (maksudnya Planet Tetangga yang ramai jadi jokes di 2017 yang lalu). Untungnya, sistem kerja di subdit (unit yang dipimpin pejabat eselon III) kami sangat cair dan fun jadi instruksi yang diberikan sangat jelas dan dapat diselesaikan dengan khidmat dalam tempo sesingkat-singkat nya. Tenang, gak kayak bikin teks proklamasi kok, gak perlu begadang sampe subuh, sampe isya aja. Saya ditugaskan untuk mengirim undangan FGD ke daftar undangannya. Beruntung saat itu sudah ada Fax dan Email.


Saya tidak bisa membayangkan bagaimana susahnya para abdi negara tahun 80an yang lalu ketika mengirimkan undangan rapat ataupun acara lainnya, apalagi untuk daftar tujuan luar kota. Waktu itu saya mengirimkan undangan untuk beberapa organisasi pemerintah daerah di Pulau Sumba untuk diundang ke Bekasi minggu depan. Jika saya mengirimkan undangan ini di tahun 1985, mungkin saya butuh waktu satu bulan dari pengiriman sampai mendapat jawaban konfirmasi apakah undangannya sampai atau tidak. Terima kasih Transistor Silika.


Masalah mengirim undangan selesai, pejabat yang akan datang pun sudah memberi konfirmasi, persiapan venue dan akomodasi acara beres, tapi rasa-rasanya ada yang kurang. Benar saja, sehari sebelum acara, Person in Charge acara ini baru ingat bahwa petugas pembaca doa untuk pembukaan FGD belum ada. Benar, saya yang ditunjuk untuk petugas pembaca doa.


Kalo boleh berhusnudzon, saya ditunjuk karena perawakan wajah alim dan meneduhkan meski tanpa jenggot. Hehehe. Tapi kayaknya saya disuruh jadi pembaca doa karena saya staf laki-laki yang paling muda aja. Karena tak bisa mengelak, terpaksa saya harus menyiapkan diri sebaik-baiknya.


Malam sebelum acara, saya menyoba menghafal doa-doa yang sering dibaca ustad-ustad ketika berkhutbah atau memberi tausiyah. Malam itu saya merasa menjadi laki-laki alim.


Paginya ketika persiapan, saya mencontohkan bacaan doa yang telah saya hafal semalam kepada salah satu senior, Mas Siwon. Dengan sedikit tertawa, Mas Siwon menyampaikan kalau buat acara-acara resmi seperti ini sudah ada template doa yang dibawakan. Tinggal ganti judul kegiatan dan sedikit improvisasi saja. Mas Siwon ternyata adalah spesialis pembaca doa di subdit kami ketika dia masih junior. 


Berbekal kertas bacaan doa yang dikasih Mas Siwon, akhrinya secara saya pertama kali bertugas jadi Pembaca Doa di acara resmi. Alhamdulillah, semoga dihitung jadi amal ibadah.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.