Ternyata Banyak Yang Sepakat

Mei 08, 2025
Rasanya ada yang hangat di dada (lebay sih) ketika sebuah pandangan yang kita tulis dengan jujur dan sederhana ternyata disetujui oleh banyak orang. Bukan karena ingin mencari pembenaran, apalagi pujian. Tapi karena di balik tulisan itu ada keresahan kecil yang selama ini mungkin kita kira hanya kita sendiri yang merasakannya.


Beberapa waktu lalu, saya menulis di sembaridinas.id—sebuah laman yang menghidupkan percakapan dari cerita-cerita para pekerja publik yang seringkali disimpan dalam bisik-bisik meja kerja. Tulisan saya waktu itu cukup singkat, tapi sarat makna. Tentang bagaimana ada satu pihak yang mungkin justru bahagia ketika anggaran perjalanan dinas menjadi sasaran efisiensi versi Presiden Prabowo.



Tulisan itu akhirnya diunggah ulang sebagai feed Instagram oleh sembari dinas. Saya kaget ketika melihat jumlah komentarnya—387 komentar, dan terus bertambah. Tapi bukan itu yang membuat saya terharu. Yang membuat saya merasa ingin menulis ulang cerita ini adalah karena sebagian besar dari komentar itu sepakat. Mereka merasa relate. Mereka punya pengalaman serupa. Mereka berbagi, tanpa perlu dikomentari balik. Sebuah ruang kecil untuk merasa tidak sendiri.



Ada komentar yang ringan dan lucu, semacam:
"ungkin saya salah satu yg bahagia & bersyukur banget perjadin dikurangi. Krn selama jdi asn sy perhatikan kok ga efektif ya, dan seringkali kesannya lebih ke pemborosan. Krn Dari awal cpns emang selalu selektif terkait perjalanan dinas. Apalagi setelah covid dan perkembangan teknologi dah makin ok. Klo ada pilihan meeting via online sy akan memilih online. Toh akhirnya kinerja yg ikut online blm tentu ga sebaik yg offline, bahkan seringkali malah lebih baik. 🤭 karena saya beranggapan perjadin itu bukan penghasilan tambahan, tpi emang kegiatan yg mensupport kinerja. Klo misal tanpa perjadin koordinasi tetep bs dilaksanakan, ya knp harus ngeluarin anggaran untuk perjadin.."


Ada juga yang cukup menyentuh, seperti:
"Emang sih, kelebihan ASN salah satunya adalah mampu legowo menghadapi segala cobaan, karena: 1. Udah biasa, 2. Ga ada jalan lain 😂😂😂😂 kata-kata adalan: 1. Yah alhamdulillah lah, 2. Masih untung.. 😂😂 sehat2 sobat ASN, menyala efisiensiqu 🔥."


Saya jadi berpikir: ternyata keresahan yang saya tuang dalam tulisan itu bukan hanya milik saya. Ia hidup dalam kepala dan hati banyak orang, hanya belum sempat dituangkan. 


Kami, saya dan Dhila, memang belum diberi karunia anak. Tapi banyak belajar dari teman-teman yang harus berdamai antara tanggung jawab pekerjaan dan peran domestik yang menuntut hadir sepenuhnya. Dan ketika akhirnya tulisan itu diamini oleh ratusan orang, rasanya seperti sedang duduk bareng di satu ruang tunggu yang tenang. Tidak semua orang bicara, tapi semua saling paham.


Alhamdulillah.


Satu cerita kecil, tapi semoga bisa jadi pengingat bahwa suara sekecil apapun bisa bermakna. Terutama kalau ia lahir dari niat baik, dan disampaikan dengan tulus.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.