Anak Muda Dalam Lingkaran Utama Perang Dunia

Juni 18, 2022
"Hoping is just waiting someone to do it", bisik Paul von Hartmann kepada Hugh Legat ketika mereka mempunyai kesempatan untuk membunuh Hitler. Baik Paul von Hartmann dan Hugh Legat adalah tokoh fiksi dalam Film Original Netflix, Munich – The Edge of War . Film yang diangkat dari novel Munich karya Robert Harris. 


Cerita meraka berlatar 1938 dimana perang dunia ke dua belum pecah namun bibit-bibitnya sudah mulai mekar. Legat dan Hartmannn baru 6 tahun lulus kuliah. Berbekal ijazah Oxford, Legat sudah jadi tangan kanan Perdana Menteri Chamberlien di London dan Hartmann juga sudah dipercaya membacakan update koran ke Hitler setiap pagi. Pada cerita tersebut, dengan aksi spionase yang tidak terlalu menegangkan, mereka dapat menghentikan sementara pecahnya perang.


Di buku lain dengan tema perang dunia, Trilogi Century oleh Ken Follet, juga punya kisah para pemuda yang dekat para pelaku utama perang. Mulai dari Perang Dunia 1, Perang Dunia 2, dan Perang Dingin. Malahan beberapa tokoh diwatakan berasal dari golongan rendah. Seperti Lloyd William yang merupakan cucu dari penambang batubara dan berhasil menjadi anggota parlemen dalam usia muda dan kemudian dikisahkan menjadi sosok dibalik Marshal Plan yang menyelamatkan ekonomi eropa. 


Membaca dan menonoton kedua cerita tersebut, muncul sebuah pertanyaan dibenak saya. Apakah benar ada pemuda-pemuda yang mempunyai pengaruh besar dikancah perang? apakah ide-ide yang meraka sampaikan benar-benar didengar oleh pemimpin dan menjadi pengubah jalan sejarah? Bahkan diantara mereka diangankan dari kelompok terbawah. Apakah para penulis di eropa dan amerika tersebut menulis berdasarkan utopia mereka atau ingatan mereka terhadap sejarah yang mereka temui. Atau ini adalah pesan pemilik modal yang tau bahwa konsumen meraka adalah kebanyakan adalah anak muda?


Pertanyaan saya sebenarnya berlanjut, bagaimana kondisi saat ini? apakah masih ada anak-anak muda di dekat pengambil keputusan dan suaranya didengar dan dipertimbangkan? apakah anak muda tersebut memang selalu dibawah radar. 


Kenapa terpikir kesana? karena, streotype anak muda dimata saya sekarang adalah generasi tiktok. Gerenasi yang telah menikamati kemajuan ekonomi dan hidup layak. Persamasalahan yang dihadapi jelas berbeda antara pemuda di zaman perang dunia dan pemuda generasi Z / mileniar. Persis yang saya alami saat ini. Berjuang untuk bertahan hidup saja. Kejauhan untuk memikirkan hal-hal besar.


Semoga saya bisa tau jawabannya. hehehe.


Btw, alur  film Munich – The Edge of War sebenarnya tidak terlalu menegangkan. Bahkan cukup pelan untuk film perang. Karena meski berlatar perang, point of view yang diangkat adalah diplomasi. Ceritanya PM Chamberline berhasil menunda perang dengan membujuk Hitler. Meski menurut sejarawan, penundaan itu yang membuat Jerman memiliki armada perang yang kuat. Tapi tetap seru ditonton kok. 





Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.