Efek Bala Covid-19

April 20, 2020

Makhluk berukuran sangat kecil ini berhasil mengguncang dunia, SARS-Cov-2. Bermula dari sebuah kota di China, dia merajalela ke seluruh dunia. Korban dari keganasannya tidak hanya puluhan ribu anak yang kehilangan orang tua, atau orang tua kehilangan anak, atau suami kehilangan istri, atau sebaliknya. Tetapi juga kondisi ekonomi di hampir semua negara, baik kondisi ekonomi secara makro maupun mikro. Dari layar televisi, kita bisa melihat pekerja harian yang harus merelakan pendapatan mereka agar tetap di rumah dan memutus rantai penularan. Atau kita juga bisa melihat pekerja kantor yang dipaksa cuti tanpa penghasilan.

Di skala Makro, Bank Dunia menyampaikan akan terjadi perlambatan pertumbuhan di negara-negara berkembang di Asia Timur dan Asia Pasifik, termasuk China. Pertumbuhan di negara-negara berkembang di kawasan melambat menjadi 2,1 persen pada tahun 2020, dan -0,5 persen dalam skenario kasus yang lebih rendah, dibandingkan dengan perkiraan pertumbuhan 5,8 persen pada 2019.

Ibu Menteri Keuangan, Sri Mulyani, juga sudah menyampaikan skenario terburuk yang mungkin terjadi pada perekonomian Indonesia akibat pandemi ini. Pertumbuhan ekonomi akan turun ke 2,3 persen, bahkan skenario lebih buruk -0,4 persen, jauh dari target APBN 2020 sebesar 5 persen.  Angka pertumbuhan ekonomi tersebut disebabkan oleh disebabkan konsumsi rumah tangga yang menurun serta pertumbuhan investasi yang juga mengalami tekanan.

Konsumsi rumah tangga diperkirakan turun dari biasanya 5 persen menjadi hanya 3,2 persen hingga 1,6 persen. Begitu juga dengan arus investasi yang anjlok dari yang semula diperkirakan bisa tumbuh hingga 6 persen tahun ini menjadi hanya 1 persen atau bahkan negatif hingga 4 persen. Sementara itu, kinerja ekspor juga akan lebih mengalami kontraksi lebih dalam, begitu juga kinerja impor yang akan menjadi beban. Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah atau UMKM yang selama ini terbukti mampu tahan dalam setiap kondisi krisis diperkirakan akan terpukul paling depan karena tidak adanya kegiatan sosial akibat bala virus corona. Padahal kata Ibu Sri Mulyani, pada krisis multidimensi 1998, UMKM mampu menjadi penopang ekonomi Indonesia.

Lalu, apa efeknya pada perkiraan pertumbuhan konsumsi dan produksi energi di Indonesia untuk jangka pendek, menengah, atau panjang?

Silakan baca ulasan singkat kami "Outlook Energi Pasca-bala Covid-19" di  rubrik kolom kanal berita ranah minang langgam.id di alamat berikut. 

Nuhun.



sumber gambar : kemkes.go.id



Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.