Sotoy Review: Guru Aini oleh Andrea Hirata

Desember 14, 2021
Guru Aini
My rating: 4 of 5 stars

Tentang siapakah novel Guru Aini?


seorang guru bernama aini?


gurunya si aini?


Di Awal membaca buku ini saya masih belum bisa menjawab pertanyaan di atas. Meskipun sebenarnya sudah disebutkan bahwa cerita buku ini adalah prekuel dari buku Orang-orang Biasa karangan Andrea Hirata juga yang terbit terlebih dahulu.


Menurut saya, prekuel bukanlah padanan yang terlalu tepat untuk hubungan Guru Aini dan Orang-orang Biasa. Karena secara alur dan "jumlah jokes", keduanya sangat lah berbeda. Guru Aini lebih tepat menjadi cerita latar belakang dari Orang-orang Biasa. Menurut saya Guru Aini lebih mirip Laskar Pelangi yang menggambarkan kegetiran dan perjuangan seorang anak manusia menghadapi masalah yang ada di depannya. Sementara Orang-orang Biasa adalah cerita liar dengan konten jenaka dan twist yang sangat tidak terduga namun masih masuk diakal.

        Baca Juga: Sotoy Review: Orang-orang Biasa by Andrea Hirata

Secara umum saya sangat menikmati novel ini merasakan semangat yang ingin dikirimkan Andrea Hirata kepada pembacanya. Namun ada beberapa detail yang membuat saya masih berpikir keras bagaimana hal itu mungkin terjadi di dunia nyata. Jadi paragraf ini batas spoilernya gaes.


Pertama tentang sepatu Bu Desi yang sepertinya menjadi ilustrasi di sampul buku ini. Disebutkan bahwa Bu Desi sang guru memakai sepatu putih olahraga pemberian ayahnya sebelum beliau berangkat merantau. Sepatu dipakai sehari-hari mengajar sejak awal di SMA kampung aini tersebut. Beliau tidak pernah mengganti sepatu tersebut hingga menemukan anak jenius matematika dari kampung tersebut, di buku disebut sebagai Sumpah Sepatu. Katanya, jika sepatunya sobek maka akan dibenarkan saja. Jika sol nya habis, maka sol nya diganti.


Kisah ini yang sebenarnya agak mengerutkan kening saya. Tidak dijelaskan berapa lama Guru Desi menemukan Aini si jenius matematik, yang pasti sangat lama karena beda generasi (yang juga menjadi pertanyaan berikutnya). Namun dari pengalaman saya memakai sepatu, setelah pemakaian rutin dua tahun, bagian atas sepatu biasanya juga sudah habis. Biasanya tidak dapat diperbaiki dengan ditambal karena bahannya pasti berbeda. Rasanya tidak mungkin seseorang memakai sepatu yang sama lebih dari 10 tahun. Betulkan?


Makin membuat kening mengkerut adalah tidak adanya keterangan waktu baik tahun kejadian atau lamanya suatu kejadian. Jadi Bu Desi ini sudah jadi guru matematika di SMA tersebut ketika ibunya si Aini menjadi murid di sana. Ibu si Aini kemudian menikah, punya anak dan lahirlah Aini. Aini semakin besar dan kemudian sekolah di SMA tersebut dan diajar juga oleh Bu Desi. Sebenarnya hal ini mungkin saja terjadi dan lumrah di kota-kota kecil. Saya pernah mendengar dan bertemu dengan kasus seperti ini di kampung halaman. Yang bikin mengkerut adalah lama rentang tersebut yang tidak dijelaskan yang berimplikasi kepada bentuk sepatu Bu Desi tadi. Mungkin akan lebih baik jika lebih diperjelas latar waktu cerita yang digunakan.


Beberapa poin lain yang kurang menurut saya adalah penggunaan majas hiperbola yang terlalu intens serta agak susah dimengerti seperti tentang penjelasan "Matematika".


Overall, ceritanya bagus tapi saya lebih menyukai "Orang-orang Biasa"


Jawaban dari pertanyaan diawal tulisan ini sebenarnya saya sendiri juga tidak bisa menjawabnya.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.