Save The Cow

Desember 05, 2025
 Saya pertama kali mendengar istilah ini dari Pandji Pragiwaksono di salah satu vlog-nya, saat beliau berbagi pengalaman tentang kepemimpinan dan pengelolaan acara. Prinsip ini juga sering dikaitkan dengan kearifan Bangsa Native American. Intinya sederhana: ketika kita melihat seekor sapi yang terjebak di lumpur, selamatkan sapinya dulu—jangan habiskan waktu untuk berdebat sapi siapa itu atau kenapa bisa terjebak. Setelah sapi tersebut selamat, barulah kita membahas apa yang salah dan bagaimana agar hal serupa tidak terulang.


Dalam kehidupan nyata (dan dalam banyak acara yang pernah saya lihat), kita terkadang lupa pada prinsip ini. Saat masalah muncul, kita justru sibuk mencari siapa yang bertanggung jawab, dan ketika diskusi selesai, “sapinya” sudah telanjur tenggelam.


Pada acara ISEW Greater Sulawesi Campus Connect yang diselenggarakan oleh GIZ, EBTKE, dan Universitas Hasanuddin pada 30 Oktober 2025, sebenarnya saya tidak punya rencana naik ke panggung—termasuk untuk memandu sesi kuis. Namun, kami tiba-tiba menyadari bahwa belum ada satu pun pendaftar untuk kunjungan lapangan ke PLTS Pangkep 1 MW yang akan dilaksanakan siang harinya.

Jadi, save the cow.


Saya langsung menyiapkan presentasi singkat berisi informasi kunjungan lapangan dan tautan pendaftarannya, mengumumkannya di atas panggung… dan entah bagaimana, malah dapat foto botak saya yang lumayan oke dari fotografer. Maaf kalau kesannya agak narsis, tapi ya...pesannya penting dan fotonya juga layak dibagikan 😌.




Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.