Jangan Takut Berbagi

April 14, 2019
Beberapa waktu yang lalu, jagad maya pemberitaan Indonesia sempat dihebohkan dengan berita yang cukup mencengangkan, walaupun bukan hal yang baru sebenarnya. Foto yang viral tersebut menampilkan seorang bapak-bapak tua dengan keadaan fisik yang tidak sempurna sedang membuka mobil mvp berwarna hijau. Menjadi viral karena diduga beliau yang ada di foto berprofesi sebagai pengemis di Kota Bogor.

Laman kompas.com berikut mejelaskan bahwa foto tersebut adalah foto Bapak Nur alias Abah. Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Bogor Bapak Herry Karnadi menjelaskan, Pak Nur atau sering disapa Abah memang memiliki mobil dengan nomor polisi F 1663 NM.  Menurut Pak Herry Karnadi, Pak Nur itu biasa mangkal di perempatan Yasmin sejak pukul 07.00 WIB. Sebelumnya, Satpol PP telah menemui Abah, tetapi tidak menindaknya. Akan tetapi, pada hari ini Abah terjerat penertiban. 

Namun Pak Nur membantahnya, Pak Nur menjelaskan kepada petugas bahwa mobil jenis Avanza berwarna hijau yang dinaikinya itu bukan miliknya. Mobil itu dia sewa dari seorang tetangganya. Namun Pak Nur mengaku, rata-rata dalam sehari, ia mampu mengumpulkan uang dari hasil mengemis di jalanan kurang lebih Rp 150.000. Pembagiannya, kata Nur, Rp 50.000 untuk membayar sewa mobil setengah hari, Rp 30.000 untuk jasa sopir. Sementara sisanya untuk kebutuhan sehari-hari.

Pak Nur menjelasakan juga bahwa, alasannya menyewa mobil untuk mengemis adalah kakinya sudah tak kuat berjalan. Dia menceritakan, dari 1995 dirinya sudah menjadi pengemis. Saat itu, pertama kali ia mencari nafkah dengan meminta-minta di daerah Jembatan Merah, Kota Bogor. Setelah cukup lama mengemis di sana, Nur sempat memutuskan berhenti mengemis. Selama tiga tahun sejak berhenti mengemis, Nur membuka praktik pengobatan di rumahnya, di kawasan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Namun, dua tahun ke belakang ini, ia kembali menjadi pengemis di daerah Simpang Yasmin. Faktor ekonomi disebut-sebut sebagai alasan kenapa Pak Nur kembali mengemis.

Meski beritanya simpang siur, beberapa warganet Indonesia menyampaikan komentar-komentarnya. Ada yang menjadikannya sebagai bahan guruan ada juga yang mengkhawatirkan infaq sadaqah yang mereka beri. Pak Nur pastinya tidak sendirian, hal ini membuat orang-orang berfikir kembali tentang hukum memberi sedekah kepada pengemis di jalanan. Hal ini menjadi perbincangan yang cukup hangat.

Situs ilmu dan tanya jawab rumaysho.com menjelaskan tentang ini dalam artikel "Beri Sedekah pada Pengemis yang Pura-Pura Miskin, Bolehkah?". Disebutkan bahwa kita, manusia hanya dapat menilai seseorang dari tampilan lahiriahnya saja. Iman Nawawi menjelaskan bahwa maksud dari kalimat “Mengapa engkau tidak belah saja hatinya hingga engkau dapat mengetahui, apakah ia mengucapkannya karena takut saja atau tidak?” dari Hadist Nabi tentang kisah Usamah Bin Zain adalah kita hanya dibebani dengan menyikapi seseorang dari lahiriyahnya dan sesuatu yang keluar dari lisannyaSedangkan hati, itu bukan urusan kita. Kita tidak punya kemampuan menilai isi hati. Cukup nilailah seseorang dari lisannya saja (lahiriyah saja). Jangan tuntut lainnya. Lihat Syarh Shahih Muslim, 2: 90-91.

Disebutkan pula bahwa pada Hadist Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diriwatkan oleh Imam Bukhori No 1422 yangg berbunyi.

 لَكَ مَا نَوَيْتَ يَا يَزِيدُ ، وَلَكَ مَا أَخَذْتَ يَا مَعْنُ

Engkau dapati apa yang engkau niatkan wahai Yazid. Sedangkan, wahai Ma’an, engkau boleh mengambil apa yang engkau dapati."
Pada intinya bahwa kita akan mendapatkan pahala infaq dan sadaqah misalnya atas apa yang kita niatkan meski kemudian harta tersebut digunakan oleh yang meminta untuk hal-hal yang menurut kita tidak selayaknya.
Artikel di rumaysho.com tersebut ditutup dengan satu nasehat yang baik dan saya amat setuju dengannya. 
Jangan manjakan pengemis apalagi pengemis yang malas bekerja seperti yang berada di pinggiran jalan. Apalagi dengan mengamen, melantunkan nyanyian musik yang haram untuk didengar. Kebanyakan mereka malah tidak jelas agamanya, shalat juga tidak. Begitu pula sedikit yang mau perhatian pada puasa Ramadhan yang wajib. Carilah orang yang shalih yang lebih berhak untuk diberi, yaitu orang yang miskin yang sudah berusaha bekerja namun tidak mendapatkan penghasilan yang mencukupi kebutuhan keluarganya.
Dari Abu Hurairah, ia berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَيْسَ الْمِسْكِينُ الَّذِى تَرُدُّهُ الأُكْلَةُ وَالأُكْلَتَانِ ، وَلَكِنِ الْمِسْكِينُ الَّذِى لَيْسَ لَهُ غِنًى وَيَسْتَحْيِى أَوْ لاَ يَسْأَلُ النَّاسَ إِلْحَافًا
Namanya miskin bukanlah orang yang tidak menolak satu atau dua suap makanan. Akan tetapi miskin adalah orang yang tidak punya kecukupan, lantas ia pun malu atau tidak meminta dengan cara mendesak.” (HR. Bukhari no. 1476)

Kondisi seperti ini mungkit erat kaitannya dengan sistem jaminan pemenuhan kesejahteraan negara kita. Namun ada juga tabiat beberapa orang yang lebih suka menghabiskan waktu berusahanya dengan mengemis meski kita telah memiliki sistem yang lebih baik.
Namun sebenarnya kasus "gunung es" ini bukanlah menjadi alasan kita untuk takut berbagi memberihkan harta dengan infaq dan sadaqah. Saat ini sudah banyak cara penyaluran infaq dan sadaqah yang terpercaya pengelolaan dan kemudahan dalam bertransaksinya, salah satu nya adalah Dompet Dhuafa (www.dompetdhuafa.org).
Dengan pengalaman panjangnya, Dompet Dhuafa tidak hanya menyalurkan Infaq dan Sedakah, tapi juga mengelola Dzakat wajib kita. Dompet Dhuafa menyalurkan donasi kita ke berbagai kegiatan yang lansung dirasakan oleh masyarakat yang membutuhkan seperti kesehatan, pendidikan, ekonomi, dan pengembangan sosial. Dompet Dhuafa juga menyalurkan ZIS kita pada daerah terdampak bencana alam. Sehingga saya yakin, efek sosial infaq kita senilai seratus ribu rupiah lebih besar jika disalurkan dengan tepat seperti di Dompet Dhuafa jika dibandingkan langsung diberikan kepada pengemis di jembatan Penyeberangan Orang, misalnya.
Beberapa hal yang saya suka dari Dompet Dhuafa adalah pemilihan program donasi dan pembayaran yang mudah, serta yang menarik adalah adanya bukti terima Zakat yang dapat menjadi pengurang pada perhitungan PPh kita disetiap tahunnya.
So..
Jangan Takut Berbagi di Dompet Dhuafa karena Zakat Infak Sadaqah kita akan dirasakan oleh orang yang tepat.
Jangan Takut Berbagi karena harta yang dihabiskan untuk Zakat Infaq Sadaqah tidak akan habis.
Jangan Takut Berbagi karena harta yang kita keluarkan untuk Zakan Infak Sadaqah di dunia ini adalah harta kita yang sebenar-benarnya di akhirat nanti.
Tunggu apalagi, Mari Berbagi di donasi.dompetdhuafa.org
foto milik dompetdhuafa.org
 -----------------------
“Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Jangan Takut Berbagi yang diselenggarakan oleh Dompet Dhuafa”



Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.