Tidak Ada Kesedihan Ketika Semen Padang FC Degradasi

Desember 30, 2019
Jumat 13 Desember 2019, Semen Padang FC mengisi slot terkahir 3 tim terdegradasi dari Shopee Liga 1 2019 setelah kalah dua gol tanpa balas dari PSI Semarang. Sore itu saya tidak menonoton langsung pertandingannya yang disiarkan streaming di vidio.com tapi kabar dari media sosial sudah cukup untuk mengetahui jalannya pertandingan. Ketika pertandingan selesai dan palu keputusan degradasi telah diketok, saya tidak merasakan kesedihan meski telah membayangkan kelamnya persaingan Liga 2 tahun depan. Dari cuplikan pertandingan, tim dan pendukung yang hadir di Magelang malam itu jelas melampiaskan kesedihan dan kekecewaannya namun terlihat lebih adem jika dibandingkan dengan pertandingan penghakiman Semen Padang FC di Liga 1 2017 yang masih bernama Gojek Traveloka Liga 1. 

Minggu 12 November 2017, Semen Padang FC memainkan pertandingan pekan terkahir menghadari PS TNI di GOR Haji Agus Salim, Padang. Semen Padang FC butuh kemenangan untuk bertahan di Liga 1 dengan syarat Perseru Serui kalah dari Persib Bandung. Semen Padang FC menang 2 gol tanpa balas sore itu namun Persib malah kalah dari Perseru Serui 0 -2, alhasil Semen Padang FC degredasi. Dari layar televisi terlihat kesedihan mendalam dari Riko Simanjuntak, Irsyad Maulana dan seluruh punggawa tim lainnya. Beberapa kesedihan itu tertangkap kamera dan menjadi photo ikonik. Kesedihan itu juga menjalar kesemua pendukung tim Semen Padang FC yang hadir langsung di stadion maupun dari lawar kaca saja.

Hak Milik : ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra, Sumber : https://tirto.id/semen-padang-fc-kabau-sirah-yang-tanduknya-tengah-patah-cHlA

Memang banyak kondisi yang berbeda pada Liga 1 2017 dan Liga 1 2019 ini terutama bagi Semen Padang FC, tanpa mengecilkan perjuangan punggawa Semen Padang FC di Shopee Liga 1 2019.

Pada Liga 1 2017 yang lalu, Semen Padang FC dikenal sebagai tim kuat dan salah satu kandidat perebut mahkota juara, terlihat dari hasil pertadingan di awal musim dan hasil di kompetisi pra-musim. Materi pemain asing juga sangat menjanjikan dan solid dari awal pembetukan tim. Entah apa penyebabnya, Semen Padang FC menukik diparuh kedua Gojek Traveloka Liga 1 sehingga harus  menggantukan nasib pada pertandingan lain untuk sekedar bertahan. Dan hasilnya gagal. Kesedihan dan Kemurungan para pemain masih terasa hingga menjalani Liga 2 2018.

Berbeda dengan 2019 ini, Semen Padang FC mengawali musim dengan buruk. Perekrutan pemain asing saja juga menjadi masalah dan berujung pada sanksi FIFA. Perekrutan pemain lokal sedikit lebih baik, ada nama besar Teja Paku Alam yang mudik dan beberapa nama senior yang kembali ke Padang seperti Dedi Hartono. Namun hasil penertapan strategi oleh pelatih Syafrianto hanya menjadikan Semen Padang FC di peringkat 3 Grup pada kompetisi pra-musim Piala Presiden dengan rekor 1 kali menang lawan tim terdegradasi 2018, Mitra Kukar, dan 2 kali kalah dari Bhayangkara FC dan Bali United.

Hasil pekan-pekan awal Shopee Liga 1 2019 juga menunjukan hal yang sama, Semen Padang FC tidak matang dalam persiapan. Alhasil, papan bawah merupakan tempat yang nyaman bagi Semen Padang FC dari awal musim. Yang lebih menyedihkan adalah respon dari manajemen tim. Meski tau ada yang tidak beres, tidak ada perubahan dilakukan. Barulah pada akhir putaran peratama Semen Padang FC mengganti pelatih dari Coach Syafrianto ke Pengganti sementara Coach Welliansyah yang memimpin tim dalam waktu yang cukup lama. Dan kemudian pada Bulan September, Pelatih Kepala yang baru didapatkan Eduardo Almeida dari Portugal. Meski sudah memimpin latihan sejak kedatangannya, Beliau masih belum bisa langsung memberi insrutksi dari pinggir lapangan karena masalah administrasi.

Hal lain yang berbeda dari Semen Padang 2017 dan 2019 ini adalah Kesaktian Kandang. Di Liga 1 2017 yang lalu, Semen Padang FC masih dikenal dengan tim jago kandang karena memiliki rekor bagus ketika bermain di GOR Haji Agus Salim. Disinyalir faktor rumput lapangan yang tidak rata membuat tim lawan kewalahan bermain disiana. Namun di 2019 ini, tim lawan yang berkunjung ke Padang sangat enjoy bermain di lapangan tidak rata GOR Haji Agus Salim, malah Semen Padang FC yang kesusahan bermain di lapangan tidak rata dan bermain bagus di lapangan yang rata.

Dengan semua faktor tadi, dari awal musim Semen Padang FC konsisten berada di zona degradasi Liga 1 2019 namun ada harapan di pekan-pekan akhir meski akhirnya pasti terdegradasi di pekan ke 32. Saya pribadi dari awal musim sudah sadar untuk tidak bisa berharap yang tinggi dan dipertengahan musim saya sudah pasrah untuk melihat Semen Padang terdegradasi kembali. Mungkin beberapa dari teman-teman juga merasakan hal yang sama. hehehe.

Lagi pula, buat apa bersedih terlempar dari Liga No 28 di Asia dan ke 6 di ASEAN. Tapi Liga 2 Indonesia itu liga paling horor juga katanya. hehehe.




Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.