Alasan Liga Sepak Bola Belum Jalan di Pandemi

Januari 08, 2021

Akhirnya ada topik lagi buat nulis soal bal-balan Indonesia. Yang pasti liga nya tetap belum jalan dan belum ada kejelasan hingga tulisan ini naik.


Indonesia memang ajaib dalam pandemi ini. Ketika hampir semua negara kasus aktifnya mulai mereda lalu muncul gelombang kedua, disini satu gelombang saja terus dari awal gak pernah sampai puncak dan kemudian turun. Maka gak heran banyak ahli meragukan strategi perang Indonesia lawan covid ini. Apalagi yang terbaca di masyarakat, ekonomi harus tetap jelan dan semua akan baik-baik saja jika sudah mengucapkan kalimat sakti "MENJALANKAN PROTOKOL KESEHATAN". Maka ketika negara lain memilih mengunci ketat negara dan wilayahnya, disini juga ada "penguncian" dengan istilhah PSBB. 


Oke, intronya cukup sampai disini saja. Demi menyelamatkan perekonomian negara, sudah banyak kegiatan ekonomi yang dibuka kembali dengan "MENJALANKAN PROTOKOL KESEHATAN". Dari perdagangan bahan pokok yang tidak pernah ditutup dari awal hingga industri hiburan di ruangan gelap dan tertutup, bioskop. Masyarakat juga sudah mulai kembali olahraga di luar rumah dengan dalih meningkatkan imun tubuh. Olaharaga luar ruangan sepeda pun sampai booming dan menyebabkan terjadinya kelangkaan pasokan sepeda lipat merek luar negeri di Indonesia. 


Tapi tidak dengan industri olahraga. Sejak berhenti di pertengahan bulan Maret 2020, hingga akhir tahun 2020 hanya satu olaharaga profesional yang digelar yaitu MMA One Pride. Liga Sepak Bola? Liga Profesional, Liga 1 dan Liga 2 sih gak jalan, tapi liga tarkam malah tumbuh subur.


Awalnya PSSI dan Operator Liga, PT LIB berencana melanjutkan Liga 1 2020, yang baru 3 pekan, pada 1 oktober 2020. Namun tidak dapat izin keramaian dari Polri. Begitu juga rencana dengan lanjut di 1 Desember 2020 dan 1 Januari 2021, hanya rencana tanpa izin. Hingga pada akhrinya, pemain profesional sudah mulai mencurahkan kekwatiran dan kejengkelan mereka di Medsos karena mereka lah yang paling dirugikan. 


Berdasarkan analisa sotoy saya, ada beberapa alasan kenapa Liga Sepak Bola ini belum jalan juga di Indonesia ini dengan alasan tidak adanya izin keramaian dari polisi.


Alasan pertama dan utama sebenarnya sudah saya bahas di paragraf awal ini, Indonesia gagal mengendalikan pandemi ini. Ya sesimple itu. Karena gagal mengendalikan pandemi sejak awal, berbagai sektor kehidupan harus dikorbankan termasuk industri olahraga profesional. Dari alasan ini akan muncul dua argumen bantahan, kenapa diluar negeri olahraga profesional bisa lanjut ? dan kenapa industri pariwisata Indonesia sudah dibuka dan malah dipromosikan secara masif?. Jawaban pertanyaan pertama sebenarnya masih sama dengan alasan pertama ini, Indonesia gagal mengontrol. 


Di negara-negara yang terdampak pandemi Covid 19 dengan parah dan menyebabkan korban jiwa hingga ratusan ribu dalam beberapa bulan saja seperti Amerika Serikat, Itali, dan bahkan semua negara eropa, Pemerintahnya dapat mengendalikan penularannya virus ini dengan sangat baik sehingga layanan kesehatan mereka kembali bisa bekerja pada kondisi normal. Masyarakat hanya perlu mematuhi protokol kesehatan untuk hidup di keadaan New Normal. Makanya normal saja kita melihat Liga Itali sudah berjalan kembali berjarak hanya enam bulan saja sejak kematian banyak orang di Bergamo yang membuat mayat-mayat diangkut dengan kendaraan militer di jalanan Bergamo. 


Jawaban berikutnya dari Kenapa di luar negeri Liga Sepak Bola Profesional sudah berjalan lagi menjadi alasan kedua kenapa Liga Sepak Bola Indonesia belum jalan. Alasannya karena di luar negeri sana, besarnya pengaruh industri Liga Sepak Bola Profesional kepada kondisi ekonomi negaranya secara keseluruhan, terlihat dengan jelas dan terukur dengan data yang lengkap. Jumlah uang yang berputar pada La Liga di Spanyol misalnya berpengaruh sebesar 1.37% dari Pendapatan Domesitik Bruto (PDB, GDP in english) dan menciptakan 185 ribu lebih lapangan kerja. Makanya ketika meraka telah berhasil mengendalikan laju penularan virus (ingat, dikendalikan bukan dihilangkan), La Liga kembali digelar dengan protokol kesehatan New Normal. 


Bagaimana dengan Liga Profesional Sepak Bola Indonesia? berpengaruh pada berapa persen PDB? apakah ada datanya?. Hal ini juga yang menjadi kenapa pariwisata di Indonesia mulai dibuka, karena mereka berpengaruh cukup besar di PDB di Indonesia dan datanya lengkap. Sehingga dalam rangka memperbaiki pertumbuhan ekonomi Indonesia, ya Pariwisata mulai dibuka kerena pengaruhnya terukur dengan jelas. Ini sebenarnya menjadi PR dari operator Liga dan PSSI agar mereka dapat meyakinkan bahwa pengaruh industri Sepak Bola Profesional di Indonesia juga cukup besar di total konsumsi domestik di Indonesia.


Alasan ketiga belum dibolehkanya Liga Sepak Bola Profesional di Indonesia adalah suporter, mohon maaf kalau kurang setuju. Saya yakin Polisi tidak mengeluarkan izin keramaian Liga Sepak Bola Profesional di Indonesia meski dengan protokol kesehatan New Normal dan tanpa penonton adalah potensi kerumunan suporter ketika pertandingan di gelar. Meski nonton di TV, tipikal superter Indonesia akan menonton bareng ketika timnya main, nobar kalo kata orang. Mungkin asumsi ini terlalu kasar, tapi sepertinya Polisi tidak mau ada kerumunan dengan apapun di masa pandemi ini, seperti kerumunan di Petamburan dan Mega Mendung, panjangkan urusannya tuh. Jika benar alasan ini benar jadi pertimbangan Polisi, solusinya sebenarnya gampang. PSSI, Operator, Klub, dan Suporter berkumpul trus bikin surat penyataan dan janji agar polisi yakin kalo tidak akan ada kerumunan sama sekali tiap ada pertandingan.


Alasannya keempat menurut saya adalah infrastruktur. Di Amerika Serikat, MLS dimainkan di regional bubble ketika lanjut dari rehat covid 19 artinya klub hanya lawan tim satu regional saja sehingga mereka tidak perlu keluar negara bagian. Liga 1 Indonesia bisa saja pakai sistem bubble ini dimana kebanyakan klub Liga 1 ada di Jawa Bagian Barat dan Timur, tinggal pindahkan saja klub-klub luar jawa ke daerah itu terus main satu atau dua kota dan semua pihak terkait selalu di karantina. Kalau tidak salah ide ini pernah rame dibicarakan namun sepertinya mental begitu saja. Jika tetap dimainkan di kandang klub masing-masing, setiap klub harus berpindah kota dengan menggunakan transportasi umum yang sangat rentan dengan penularan virus Covid 19 ini. Kalau klub kaya di eropa sepertinya mereka tidak menggunakan transportasi umum ketika bertandang ke kota lain, makanya mereka lebih aman.


Alasan kelima yang paling spekulatif dan mungkin mengada-ngada adalah alasan politis. Saya liatnya di akun twitter @ma











Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.