ASN yang Santuy dengan Perubahan

Desember 14, 2020

Bulan kemaren ada beberapa lomba menulis yang saya ikuti karena kebetulan tema yang diangkat lumayan relate dengan keseharian saya. Salah satunya tulisan berikut ini yang ditulis untuk Abdi Negara Muda. Temanya kalo gak salah harapan untuk ASN Indonesia. Seperti biasa, saya gak menang di lomba ini. hehehe.

Disini ada sedikit cerita saya bagaimana saya menjadi PNS dan melihat fenomena yang saya alami di kantor. Bukan kritik sih cuma harapan saja. Semoga bermanfaat gaes.







ASN yang Santuy dengan Perubahan


Saya sangat percaya dengan pepatah ‘doa orang tua adalah segalanya, terlebih doa Ibu’. Sewaktu sekolah maupun kuliah, tidak ada niat sepeserpun untuk menjadi seorang Aparatur Sipil Negara. Sebagai anak teknik, keinginan saya setelah kuliah adalah bekerja di perusahaan minyak dan gas yang besar dengan gaji yang besar pula dan bisa menyejahterakan keluarga. Alhamdulillah, langkah saya untuk menggapai keinginan tersebut sedikit terwujud dengan bekerja pada perusahaan di industi minyak dan gas meski dengan gaji yang tidak fantastis. 

Suatu hari di 2014, Pemerintah membuka lowongan CPNS besar-besaran dan tersiar keseluruh Indonesia. Tiba-tiba saja saya mempunyai keinginan untuk ikut mendaftar menjadi CPNS tersebut dan memilih pada salah satu posisi di kementerian yang masih berhubungan dengan kuliah saya dan mimpi saya tadi. Semua persyaratan rasanya dapat saya penuhi dengan mudah. Semua tahapan tes saya lewati dengan baik. Kemudian saya diumumkan sebagai peserta yang lolos dan lanjut ke tahapan pemberkasan untuk proses penerbitan NIP. Rasanya dalam sekejap saja, saya juga memulai hari sebagai CPNS dengan disambut pada acara penyambutan yang dihadiri oleh Bapak Menteri. Semua terasa begitu mudah dan lancar. Alhamdulillah.

Beberapa saat kemudian, saya akhirnya tersadar kenapa takdir Allah Subhanahu Wa Ta’ala ini sampai pada diri saya. Saya teringat ketika pertama mendaftar CPNS tersebut saya memberi tahu kedua orang tua serta memohon doa dan restu dari mereka. Karena menjadi CPNS artinya akan ada perubahan besar dalam hidup saya, termasuk masalah pendapatan, hehehe. Saya tidak ingat pasti apa kata-kata kedua orang tua saya saat itu, yang pasti mereka ikhlas dan mendoakan yang terbaik bagi saya. Dan menjadi seorang PNS adalah mimpi mereka kepada anak-anaknya. Saya yakin bahwa takdir Allah Subhanahu Wa Ta’ala ini adalah ridho dari kedua orang tua saya, terutama Ibu.

Lalu kenapa saya tertarik menjadi ASN terutama yang mengurusi bidang energi, yang saya daftar saat itu, jawaban yang sampaikan ketika test wawancara CPNS dan ketika ditanya diberbagai kesempatan adalah saya ingin menjadi bagian dari solusi Indonesia untuk selamat dari krisis energi dan krisi iklim yang telah nampak di depan mata. Karena saya percaya bahwa kebijakan dan segala sesuatu yang dikeluarkan pemerintah adalah kunci bagaimana suatu negara dapat selamat menghadapi krisis energi dan krisis iklim ini. Pemerintah dapat mementukan langkah-langkah yang perlu diambil dan kemudian memerintahkan masyarakat termasuk pihak-pihak swasta menjalankan rencana yang disusun pemerintah demi kepentingan semua rakyatnya.  Sebagai contoh, Pemerintah Indonesia melalui Pertaturan Presiden nomor 22 tahun 2017 telah menyusun Rencana Energi Umum Nasional yang berguna menjadi acuan bagi pemerintah daerah ataupun badan usaha energi di Indonesia untuk menjalankan usaha energinya sehingga ketersediaan sumber energi di Indonesia cukup bagi rakyatnya minimal hingga tahun 2050 nanti. 

Baru beberapa hari bekerja sebagai ASN dengan status CPNS di kantor, saya melihat banyak perbedaan dengan pekerjaan saya sebelumnya. Mulai dari jam kerja, budaya kerja, hingga cara bersosialisasi dan komunikasi dengan atasan maupun rekan sejawat walapun perbedaannya tidaklah terlalu tajam bagi saya pribadi. Dengan sedikit penyesuaian, saya sudah dapat mengikuti irama kerja sebagai ASN karena dibimbing oleh senior-senior kami yang juga abdi negara masih muda dan progresif pula. Salah satu perbedaan yang sedikit mencolok dan menjadi sedikit permasalahaan adaptasi bagi saya pribadi adalah pergantian pimpinan yang tiba-tiba. 

Permasalaahan pergantian pemimpin secara tiba-tiba mungkin saja biasa atau mungkin saja tidak biasa terjadi di kementerian atau lembaga negara di Indonesia, sangat tergantung pada masing-masing instansi. Saat ini pergantian pimpinan yang tiba-tiba ini pun sudah jarang juga terjadi di instansi saya mengabdi. Namun saya mengalami permasalahan ini ketika awal-awal bekerja menjadi CPNS. Yang menjadi permasalaahan bagi saya pribadi adalah bukan pada pergantian pimpinan tersebut, melainkan pergantian pimpinan secara tiba-tiba menyebabkan perubahan drastis dari cara kerja, budaya kerja, bahkan cara komunikasi. 
Awal-awal bekerja sebagai CPNS, gaya memimpin pimpinan saya waktu itu sangat mengayomi dan dekat dengan bawahannya namun arahannya yang beliau berikan bisa jadi berbeda selang beberapa saat saja. Guna menghadapi tipe pimpinan seperti ini, kami para staf punya trik khusus yang kami implementasikan. Alhasil semua disposisi yang diberikan dapat diselesaikan dengan baik. Belum sebulan saya berhasil beradaptasi dengan gaya memimpin bos kami waktu itu, terjadi rotasi ditataran pejabat administrator maupun pejabat pengawas di lingkungan kami. Kamipun mendapatkan pimpinan baru dengan gaya memimpin yang berbeda. Awal-awal beliau menjabat, kami masih bekerja dengan gaya sebelumnya dan hasilnya kami keteteran. Bos baru kami kali ini lebih kalem dan sangat mengandalkan inisiatif bawahannya. Akhirnya, kami harus menyesuaikan kembali cara kerja kami dengan gaya memimpin bos baru. Alhamdulillah, kami para staf dapat mengatur kembali cara kerja kami agar selaras dengan gaya memimpin bos baru ini. 

Belum genap setahun kami bekerja dengan bos baru dan gaya memimpinnya, kembali terjadi rotasi pejabat yang artinya kami mempunyai bos baru lagi. Dan kembali gaya memimpin keduanya sangat berbeda. Kami sebagai staf pelaksana kembali harus menyesuaikan diri sembari menjaga agar target dan program kerja tahunan yang telah disusun tahun sebelumnya dapat berjalan lancar dan indikator kinerja unit kami tetap baik.

Mungkin bagi sebagian ASN, masalah pergantian pemimpin yang tiba-tiba ini adalah masalah sepele dan dapat diselesaikan dengan gampang. Apalagi bagi unit yang memang fokus pada suatu tugas saja seperti unit penelitian. Tapi bagi saya pergantian pemimpin yang tiba-tiba ini adalah suatu masalah yang penyelesaiannya gampang-gampang susah. Yang pasti dalam kondisi seperti itu, para staf pelaksana harus kompak dan paham dengan tugas dan fungsi mereka serta target dan program kerja tahunan mereka. Sembari kedua belah pihak beradaptasi, staf pelaksana harus tetap “stick into the plan” dan memberi pemahaman yang menyeluruh pada pimpinan baru tentang program kerja tahunan unit. Yang pasti, sebagai pelaksana, para staf tetap harus mentaati arahan pimpinan selama sesuai dengan norma dan koridor hukum. Dan hal terpenting dalam masalah ini adalah komunikasi karena hanya dengan komunikasi yang baiklah semua ketidaksepahaman dan permasalahaan dapat diurai dan diselesaikan dengan baik. 

Dari permasalahan pergantian pimpinan tiba-tiba ini, saya punya satu harapan pada rekan-rekan ASN seperjuangan seantero Indonsia. Santuy (santai) saja dengan perubahaan yang mendadak ini. Harus saya akui beberapa rekan ASN di kantor saya juga freaking out dengan pimpinan baru, apalagi jika desas-desus rekam jejak beliaun menjadi buah bibir di kumpul-kumpul makan siang. Bahkan ada yang berniat bergeser unit jika Bapak A jadi pemimpin dia. Menurut saya pribadi hal ini agak lebay. Meski kita kurang cocok dengan gaya memimpin bos baru, selama beliau tidak melanggar hukum dan masih mengayomi serta memanusiakan bawahannya, kita harus taat dan mengikuti arahannya. Jika kurang cocok dengan budaya kerja, seperti bos baru lebih suka multitasking dan terlalu mengontrol, kita dapat menyampaikan keberatan kita akan cara kerja tersebut secara baik-baik. Pasti pimpinan akan mengerti kondisi anak buahnya dan mencari jalan tengah. Selain perubahaan gaya memimpin, saya juga bermimpi dan berharap jika ASN dapat menghadapi perubahan yang lebih besar, seperti perubahan indikantor kinerja atau bahkan perubahan tugas dan fungsi unitnya, dengan santai dan tetap tenang serta taat aturan. Hal ini sangat mungkin terjadi, contoh saja Kementerian Pariwisata sekarang ini harus juga mengurusi ekonomi kreatif. 

Kita memang tidak tau kapan perubahan itu datang dan seberapa besar perubahan itu mengubah unit kerja kita. Tapi semua ASN harus siap dengan perubahan yang terjadi dan menghadapinya dengan santai saja, jangan panik apalagi berprasangka buruk. Kita sebagai ASN hanya perlu ingat apa tugas dan fungsi kita, ingat rencana kerja kita, dan laksanakan rencana-rencana tersebut. Jika ada perubahan, segera adaptasi dan komunikasikan jika ada yang dirasa kurang tepat.

Yuk teman-teman ASN, santuy aja dengan perubahan.


Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.