Cerita Koas : Mengambil Peran

Oktober 24, 2020
Ini tulisan saya 3 tahun lalu, medio 2017 saat masih koas. Saya pindahin kesini untuk jadi pengingat lagi sekaligus mumpung hari ini (24 Oktober) adalah Hari Dokter Nasional.

“Capek kan dek jadi dokter? Ini belum seberapa jika dibandingkan nanti kamu jadi residen.” Kata seorang residen saat sahur di dinas pertama kami di obgyn. Pasien datang silih berganti. Walau ngga secapek di interne tapi ya tetap aja capek.

Beberapa hari kemudian, tepatnya satu hari menjelang keberangkatan ke daerah, seorang residen bertanya kepada kami, “Kalian mau ambil spesialis apa nanti? Yang cowok jangan sampai ngga ambil spesialis ya. Nah, yang cewek-cewek ini di rumah sajalah, jadi ibu rumah tangga, udah jadi dokter umum aja kalian udah hebat kok.”

Sering mungkin jadi kegalauan bagi perempuan, mau jadi ibu rumah tangga atau mau bekerja? Sering juga jadi pertanyaan bagi saya, apa sih yang dikejar dari menjadi spesialis? Kenapa sih mau jadi residen? Kenapa sih orang mau mengorbankan harta, waktu, keluarga, masa muda, sementara toh gajinya juga ngga seberapa jika dibandingkan dengan pengorbanannya?

Jawabannya kemudian saya temukan dari seorang konsulen.
“Kalian ada yang mau ambil obgyn ngga?” Kami terdiam, beberapa ada yang menggeleng, termasuk saya.
“Kenapa?”
“Capek pak. Terlalu sibuk.” Ujar seorang teman.
“Wah, gimana nih generasi muda. Masa takut sama capek? Harus ada yang mengambil peran dong. Kalau semua orang berpikiran sama seperti kalian, siapa dong yang mau jadi dokter obgyn?”

Mengambil peran.

Saya pikir itulah jawabannya. Bukan masalah mana yang lebih enak, bukan masalah mana yang lebih santai, bukan masalah ngga bisa tidur, bukan masalah mana gajinya yang lebih besar, bukan masalah mana yang lebih baik jadi pengusaha atau jadi dokter, bukan masalah yang buka lapangan kerja dan yang mencari kerja, apalagi masalah mana yang lebih mulia antara ibu rumah tangga dan ibu yang bekerja? Tapi ada peran-peran yang harus kita ambil. Peran yang mungkin memang bisa digantikan oleh orang lain, namun tuhan justru membukakan jalan-jalan itu di depan mata kita. Peran yang jika kita jalani dengan penuh keikhlasan, mengharapkan pahala-Nya dan memberi manfaat, in sha Allah juga ngga akan kalah mulia. Betul, kan?



Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.